Anak Berkebutuhan Khusus Kekeurangan Bukan Halangan

Kekurangan Bukan Halangan
Semua orang punya keinginan melahirkan putr-putri yang sempurna. Keinginan tersebut membuat orang tua berusaha secara optimal agar anak yang di kandung lahir dalam keadaan sehat, cerdas, tekun beribadah, berbakti kepada orangtua dan berguna bagi nusa, bangsa, dan agama. Manusia selalu berusaha, tetapi Tuhan yang menentukan apakah putra-putri suatu pasangan lahir dalam keadaan sehat walafiat, sehat fisik maupun mental.

Banyak ibu pada saat hamil selalu berdo'a, makan makanan bergizi, dan periksa secara rutin ke dokter kandungan. Namun, bila Tuhan menghendaki putra-putrinya lahir dalam keadaan kurang sempurna atau berkebutuhan khusus, siapa pun tidak akan mampu menolak.

Seringkali kelahiran anak berkebutuhan khusus menimbulkan problem psikologi dalam keluarga. Suami-istri saling menyalahkan, saling menuduh pasangannya sebagai penyebabnya. Lebih menyedihkan ketika mereka akhirnya bercerai. Pada beberapa kasus, ibu yang pernah melahirkan anak berkebutuhan khusus tidak berani punya anak lagi. Ia takut anak berikutnya juga tidak normal.

Aanak berkebutuhan khusus kerap di anggap "aib", lantas disembunyikan. Mereka seharusnya di beri kesempatan layaknya anak normal, yang kehadirannya dalam keluarga disambut dengan riang gembira. Anak berkebutuhan khusus tidak tahu dan tidak berharap lahir dalam keadaan tidak sempurna. Entah lahir sebagai tunanetra, tunalaras, tunagrahita, tunarungu, tunadaksa, tunaganda, maupun autis, anak-anak itu tidak dapat memilih. Seandainya diperbolehkan setiap anak memilih punya kecerdasan seperti Habibie, kecantikannya seperti Tamara Blezinsky, ketampanan seperti Anjasmara, akhlak seperti Ustadz Mansyur, dan badan kuat seperti Ade Rai. Sayang anak-anak yang lahir tidak dapat memilih, mereka hanya bisa menerima dan tidak dapat menghindar.

Anak berkebutuhan khusus lahir tanpa memandang latar belakang orangtuanya. Mereka bisa hadir di keluarga siapa saja, di mana saja, kapan saja tanpa mengenal status ekonomi ataupun pendidikan seseorang. Mereka bisa lahir di keluarga petani, penjahit, pembantu, guru, kiai, pejabat, PNS, dosen, bupati, anggota DPR, walikota, ketua RT, ketua RW, camat, lurah, artis, satpam, bahkan pasangan dokter pun bisa dianugerahi anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus bisa hadir di belahan dunia mana pun.
Orangtua yang punya anak berkebutuhan khusus merupakan orang-orang yang di pilih Tuhan untuk mengemban amanah. Amanah untuk mendidik putra-putri yang berkebutuhan khusus tanpa membedakan dengan putra-putri yang normal. Amanah ini harus diterima dengan hati lapang, penuh keikhlasan, kesabaran, dan semangat meskipun pada kenyataannya sangat berat dan membutuhkan waktu serta pemikiran yang tidak sedikit.

Menerima kenyataan kehadiran seorang anak berkebutuhan khusus dalam keluarga adalah prinsip pertama yang harus diterapkan pasangan suami-istri maupun anggota keluarga yang lain. Saling menghindari tanggung jawab dan menyalahkan bukan tindakan bijaksana. Mencari pemecahan masalah adalah tindakan yang lebih baik. Ingat, anak yang berkebutuhan khusus dapat hadir di tengah keluarga tanpa mengenal waktu. Mereka dapat hadir ketika lahir, tetapi dapat juga hadir setelah anak dalam masa pertumbuhan. Seorang anak, yang lahir dalam keadaan sehat walafiat, bisa tiba-tiba menjadi anak berkebutuhan khusus setelah sembuh dari sakit panas pada saat usia lima tahun. Siapa yang mengira, saat anak sedang lucu-lucunya Tuhan tiba-tiba memberi amanah agar anak normal menjadi anak berkebutuhan khusus?

Kejadian ini tidak dapat dihindari dan kenyataan tersebut harus diterima. Setiap keluarga harus siap menerima kehadiran anak berkebutuhan khusus karena anak berkebutuhan khusus dapat hadir pada saat prenatal, natal, ataupun postnatal.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »